Buku, dinegeri ini masihlah sangat penting peranannya dalam memberantas kebodohan dan merupakan bahan utama dalam dunia pendidikan. Meskipun di tengah-tengah kemajuan teknologi digital, namun buku belumlah dapat dilepaskan dari kehidupan karena berbagai keterbatasan akses sebagian masyarakat akan teknologi informasi dan computer (ITC), pun kekhasan buku tidaklah dapat tergantikan keseluruhannya. Dengan demikian, maka kebutuhan buku semakin hari semakin besar seiring dengan kesadaran kebutuhan akan informasi dan kemajuan peradaban.
Lalu apa hubungan antara bumi dengan buku? Tentu kita pahami, bahwa buku terbuat dari kertas, dan sampai saat ini bahan baku kertas sebagian besar adalah kayu. Dalam proses pembuatan kertas, sebagian bahan baku utamanya adalah kayu hutan dan berbagai bahan kimia serta air yang tentu mempuyai dapak yang tidak kecil terhadap lingkungan. Sebagai ilustrasi, ada berbagai fakta (dari berbagai sumber) bahwa untuk membuat 1 ton kertas setidaknya dibutuhkan 3 ton kayu dan puluhan ton bahan lainnya termasuk air (1 kg kertas membutuhkan 324 liter air). Dalam memproduksi kertas (proses kimiawi maupun mekanik), tentu dihasilkan limbah cair dan padat, serta supply bahan bakar yang luar biasa besar. Untuk meproduksi 1 ton kertas, dibutuhkan 25 batang pohon sebagai bahan baku, sedangkan kebutuhan kertas dunia rata-rata 278 juta ton setiap tahunnya. Meskipun tidak semua kertas untuk membuat buku (karena 41% digunakan sebagai kemasan), namun tetap saja sangatlah besar.
Dengan fakta tersebut, maka tidak heran para pencinta lingkungan khawatir bahwa prouksi kertas yang sangat besar akan berbenturan dengan kelestarian lingkungan. Sebab dalam memproduksi kertas, selain kayu juga dibutuhkan berbagai zat kimia, air dan energi yang sangat besar jumlahnya. Lalu bagaimana jalan keluar agar kebutuhan akan kertas sebagai upaya manusia untuk keluar dari kebodohan dan penyebaran pengetahuan dapat terpenuhi, disisi lain kelestarian sumber daya dan alam dapat terjaga? Ada beberapa cara yang mungkin patut kita pertimbangkan untuk dilakukan, antara lain:
- Berhemat dalam menggunakan kertas, caranya: jangan mencetak jika dokumen masih dapat dicermati melalui layar monitor; Jika harus dicetak dan bukan dokumen resmi, gunakan sisi lain dari kertas bekas yang masih layak dan bersih; Jika harus mengcopy, lakukan secara bolak-balik; Gunakan kertas bekas yang masih kosong disebaliknya sebagai kertas memo, catatan dll.
- Jika memungkinkan, biasakan mendigitalkan catatan, dokumen dan membaca dalam format digital (E-BOOK, Surat kabar on-line dll).
- Aktifkan dan effektifkan perpustakaan dan Koran dinding yang ada sehingga mengoptimalkan penggunakan sebuah buku dan koran oleh sebanyak mungkin pembaca.
- Biasakan saling tukar-pinjam buku sesame teman atau mewakafkan (menyumbangkan) buku yang sudah tidak dipakai kepada pihak lain yang masih membutuhkan.
- Kurangi penggunaan tissue ganti dengan lap kain, dan kurangi penggunaan pempers.
Percetakan mulai menngunakan kertas daur ulang, karena akan menghemat sumber daya alam dan secara fisik dari segi bobot akan lebih ringan. Karena menggunakan 1 ton kertas daur ulang, ternyata dapat menghemat 17 pohon, dan tentu air dan sumber energi produksi lainnya. Selain itu, kertas daur ulang juga secara fisik lebih ringan, sehingga akan menghemat beban biaya distribusi, serta memperkecil beban rak buku dan bangunan terutama jika akan disimpan dilantai gedung bertingkat.
- Dan masih banyak berbagai cara yang dapat kita lakukan sesuai kapasitas dan peranan kita dilingkungannya masing-masing.
“BANK BUKU” Sebuah tawaran untuk mengoptimalkan pemanfaatan buku
Sebagai sebuah upaya sistematis, pemerintah Kota Yogyakarta melalui Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta menawarkan sebuah “wahana” yang dapat dipakai untuk menerima, mengumpulkan, menampung dan selanjutnya mendistribusikan/mneruskan bahan bacaan dari “pendonor buku” kepada masyarakat yang membutuhkan, yang diberi nama “Bank Buku. Langkah tersebut dirasa sejalan dengan konsep “suistainable development” dalam upaya penghematan sumber daya alam utamanya kertas (buku) dan sebagai dalam rangka mendukung (menfasilitasi) gerakan membaca masyarakat. Adanya bank buku diharapkan terjadi distribusi dan pemanfaatan buku yang lebih optimal. Selain buku-buku bacaan pengetahuan, life skill, agama dll, pemanfaatan kembali buku-buku pelajaran sekolah juga menjadi prioritas kegiatan bank buku, yang tentu akan sangat signifikan dalam penghematan dan mengurangi beban pengadaan buku baru anak-anak sekolah.
Jadi, kekhawatiran kita dalam penggunaan kertas janganlah mengendorkan upaya untuk meningkatkan derajat hidup melalui membaca. Namun, dengan mengurangi pemakaian kertas yang tidak berkaitan dengan buku seperti tissue, kertas wc, kertas kemasan, dan sejenisnya, serta memanfaatkan buku pelajaran dan bahan bacaan yang ada secara optimal, merupakan salah satu solusi dalam menekan penggunaan kertas dan sekaligus memperluas dan meningkatkan kegemaran membaca masyarakat.
Disisi lain, bagi yang berpunya buku, dengan menyumbangkan atau mewakafkannya melalui Bank Buku, barangkali dapat dijadikan amal baik, dimana semakin banyak yang membaca dan mengamalkan ilmu dari bukunya tersebut, maka semakin banyak pula kemanfaatan yang dapat diraih bagi kemaslahatan bersama. Semoga saja Bank Buku yang akan diluncurkan Pemerintah Kota Yogyakarta mendapatkan dukungan yang luas, karena keberhasilannya akan sangat mendukung upaya peningkatan gemar menbaca masyarakat dan sekaligus mengurangi beban lingkungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar