Rabu, 09 Oktober 2024

Gantari: Pusat Unggulan Naskah Kuno di Perpustakaan Kota Yogyakarta

Selayang Pandang



Pusat Unggulan Naskah Kuno Gantari, yang bernaung di bawah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta, merupakan inisiatif strategis untuk melestarikan warisan budaya berupa naskah-naskah kuno. Berdiri dengan tujuan utama menghidupkan kembali kekayaan intelektual bangsa yang terkandung dalam naskah kuno, Gantari berperan sebagai pusat penyimpanan, penelitian, dan publikasi naskah-naskah kuno tersebut.

Keberadaan Pusat Unggulan ini tidak hanya fokus pada pelestarian fisik naskah kuno melalui digitalisasi dan konservasi, namun juga bertujuan untuk meningkatkan literasi masyarakat. Dengan adanya Gantari, masyarakat dapat lebih mengenal dan memahami nilai-nilai luhur yang terdapat dalam naskah kuno, serta ikut berperan dalam pelestariannya.

Melalui program-program unggulan seperti penguatan regulasi, kebijakan pelestarian, dan pengembangan literasi naskah kuno, Pusat Unggulan Naskah Kuno Gantari ingin membangun sinergi antara pemerintah, komunitas, dan akademisi untuk menjaga serta memanfaatkan naskah-naskah kuno sebagai sumber pengetahuan yang berharga bagi generasi masa kini dan mendatang.

Tulisan ini merupakan laporan implementasi diklat PKN yang saya ikuti beberapa waktu lalu.

Dalam tulisan ini, akan disajikan ke dalam beberapa bab:

·      Sekilas Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta

·      Apa itu Naskah Kuno?

·      Lahirnya Pusat Unggulan Naskah Kuno Gantari

·      Memperkenalkan Naskah Kuno

·      Partisipasi Berarti

·      Harapan Lestarinya Gantari


Sekilas Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kota Yogyakarta lahir dari sebuah perjalanan panjang. Dalam ketugasan sebagai Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) yang membidangi 2 urusan, yaitu urusan perpustakaan dan urusan kearsipan, pada awalnya, perpustakaan merupakan salah UPT Perpustakaan di bawah naungan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Sedangkan kearsipan adalah UPT Arsip di bawah Badan Informasi Daerah, dan akhirnya pada tahun 2009 bergabung dengan Perpustakaan dalam satu lembaga dengan nama Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah. Berdasarkan Perda Kota Yogyakarta no. 86 tahun 2016 berdirilah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta yang dipimpin oleh seorang kepala dinas.

Dalam menjalankan misinya, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan berfokus pada dua aspek utama, yaitu: pengembangan literasi masyarakat serta pengelolaan arsip yang berkualitas di lingkungan pemerintahan.

Salah satu langkah strategis yang diambil Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta adalah pelestarian naskah kuno, sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Naskah kuno merupakan sumber kekayaan budaya dan sejarah yang berharga, namun seringkali terancam punah akibat usia, lingkungan, dan minimnya kesadaran masyarakat. Menyadari pentingnya peran naskah kuno dalam mencerminkan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan masa lampau, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta sebagai organisasi perangkat daerah yang diberi amanat dan tanggungjawab dalam melaksanakan pelestarian dan pengembangan naskah kuno harus mengambil peran strategis. Sehingga pada akhirnya, nilai-nilai warisan budaya yang terkandung dalam naskah kuno dapat dipahami dan diimplentasikan di kehidupan sehari-hari dan berperan dalam membangun manusia Indonesia yang berbudaya adiluhung.


Apa itu Naskah Kuno?

Naskah kuno adalah warisan budaya yang tak ternilai harganya, menyimpan jejak sejarah, tradisi, serta pengetahuan dari masa lampau. Dalam setiap lembarannya, naskah kuno memuat pemikiran, kebijaksanaan, serta identitas bangsa yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Naskah-naskah ini menjadi saksi bisu peradaban yang pernah berkembang pesat, mencakup berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti astronomi, kedokteran, filsafat, hingga teknologi.


Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, naskah kuno didefinisikan sebagai dokumen tertulis yang tidak dicetak atau diperbanyak dengan cara lain dan berusia minimal 50 tahun. Naskah tersebut memiliki nilai penting bagi kebudayaan nasional, sejarah, dan ilmu pengetahuan.

Meskipun naskah kuno menyimpan pengetahuan berharga, keberadaannya sering kali terancam oleh berbagai faktor seperti usia, lingkungan, serta minimnya perhatian dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian. Seiring berjalannya waktu, naskah-naskah ini bisa rusak, hilang, atau bahkan musnah jika tidak segera dilestarikan.

Permasalahan pelestarian naskah kuno cukup kompleks. Beberapa tantangan utama dalam pelestarian ini meliputi kurangnya literasi masyarakat, terbatasnya sarana dan prasarana untuk merawat naskah, hingga minimnya dukungan sumber daya manusia dan anggaran. Tanpa adanya upaya serius dalam pelestarian, kekayaan pengetahuan yang terkandung dalam naskah kuno akan lenyap seiring waktu.

Naskah kuno tidak hanya penting karena nilai historisnya, tetapi juga sebagai sumber kearifan lokal yang masih relevan untuk kehidupan masa kini. Oleh karena itu, naskah kuno layak dijaga dan terus dipelajari agar bisa memberikan manfaat bagi generasi mendatang.


Lahirnya Pusat Unggulan Naskah Kuno Gantari

Sebagai bagian dari upaya melestarikan kekayaan budaya bangsa, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta meresmikan Pusat Unggulan Naskah Kuno Gantari. Gantari, yang dalam bahasa Sanskerta berarti "menyinari”, didirikan untuk menyinari pemahaman masyarakat akan pentingnya naskah kuno, yang menyimpan pengetahuan dan nilai-nilai luhur dari peradaban masa lalu. Inisiatif ini diluncurkan sebagai bentuk konkret pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, yang mengatur pelestarian dan pengembangan naskah kuno.


Pusat Unggulan Naskah Kuno Gantari lahir dari kekhawatiran terhadap kondisi naskah kuno di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Berdasarkan data Perpustakaan Nasional, terdapat 82.158 naskah kuno di Indonesia, namun hanya 24% yang sudah berhasil dipreservasi. Naskah-naskah ini terancam punah akibat faktor usia, kondisi iklim, biota, serta kurangnya perhatian masyarakat. Tanpa upaya pelestarian yang serius, warisan intelektual yang kaya ini akan hilang selamanya.

Gantari hadir dengan tujuan utama sebagai pusat data (katalog), penyimpanan, penelitian, dan publikasi naskah kuno. Pusat ini juga berperan sebagai tempat edukasi dan rujukan bagi masyarakat yang ingin mempelajari lebih dalam tentang naskah kuno, serta menjadi sarana untuk meningkatkan literasi budaya masyarakat. Gantari bertujuan agar naskah kuno tidak hanya sekadar terjaga secara fisik, tetapi juga hidup dalam kehidupan sehari-hari masyarakat melalui pembacaan, pemahaman, dan pemanfaatan pengetahuan yang terkandung di dalamnya.


Memperkenalkan Naskah Kuno


Pusat Unggulan Naskah Kuno Gantari adalah pusat unggulan yang berkomitmen untuk melestarikan, meneliti, mengembangkan, dan mempromosikan serta menjadi rujukan bagi masyarakat untuk memahami lebih dalam terkait naskah kuno. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta sebagai lembaga yang mengelola perpustakaan daerah memiliki tugas dan kewajiban untuk mengelola, melestarikan dan mendayagunakan naskah kuno dalam rangka meningkatkan literasi masyarakat terhadap nilai-nilai dan budaya luhur peradaban bangsa Indonesia yang terkandung dalam naskah kuno atau manuskrip.

Gantari bertujuan agar naskah kuno tidak hanya sekadar terjaga secara fisik, tetapi juga hidup dalam kehidupan sehari-hari masyarakat melalui pembacaan, pemahaman, dan pemanfaatan pengetahuan yang terkandung di dalamnya. Untuk mendukung tujuannya, Pusat Unggulan Naskah Kuno Gantari melaksanakan beberapa program utama, yaitu: 1) Penguatan Regulasi dan Kebijakan; 2) Pelestarian Naskah Kuno dan 3) Pengembangan Literasi Masyarakat terhadap Naskah Kuno.

Penguatan Regulasi dan Kebijakan

Kebijakan dan regulasi memberikan landasan hukum yang jelas bagi lembaga pemerintah, komunitas, serta pihak swasta untuk melaksanakan program pelestarian naskah kuno. Melalui undang-undang dan peraturan yang tepat, pemerintah dapat mengatur dan mengarahkan berbagai pihak untuk ikut berperan aktif dalam menjaga keberadaan naskah kuno, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

Tanpa kebijakan yang kuat, upaya pelestarian naskah kuno sering kali terbatas dan tidak berkelanjutan. Lebih jauh lagi, dengan kebijakan yang tepat dapat mendorong keterlibatan masyarakat dalam pelestarian naskah kuno. Regulasi yang memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam bentuk akses yang lebih mudah ke naskah kuno, serta keterlibatan komunitas lokal dalam perawatan dan pendokumentasian naskah, akan memperkuat rasa memiliki terhadap warisan budaya ini.

 

Pelestarian Naskah Kuno

Pelestarian naskah kuno tidak hanya bertujuan untuk menjaga fisik naskah tersebut, tetapi juga untuk memastikan bahwa informasi dan pengetahuan yang terkandung di dalamnya dapat diakses oleh generasi mendatang. Proses pelestarian ini melibatkan berbagai tahapan yang rumit, mulai dari konservasi fisik, digitalisasi, hingga penyebarluasan informasi yang terkandung dalam naskah tersebut.

 

Pengembangan Literasi Masyarakat terhadap Naskah Kuno.

Pengembangan literasi masyarakat terhadap naskah kuno diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan dalam upaya pelestarian. Dengan meningkatnya pemahaman dan kepedulian masyarakat, naskah kuno tidak lagi dipandang sebagai benda kuno yang usang, tetapi sebagai sumber pengetahuan dan kebudayaan yang harus dijaga dan dimanfaatkan. Lebih dari itu, masyarakat yang terlibat aktif dalam pelestarian naskah kuno akan menjadi kekuatan utama dalam menjaga warisan intelektual ini agar tetap hidup dan relevan di masa depan.

Berbagai kegiatan dan layanan dirancang Gantari untuk tujuan tersebut, mulai dari pengembangan Website dan Ruang Gantari, deseminasi informasi pada masyarakat, serta publikasi dan promosi melalui berbagai media.

 

·      Pengembangan Website https://naskahkuno.jogjakota.go.id/


Dalam era digital yang semakin berkembang pesat, perpustakaan dan lembaga arsip dituntut untuk terus berinovasi dalam menyediakan akses informasi secara luas dan mudah bagi masyarakat. Salah satu inisiatif penting yang dilakukan oleh Pusat Unggulan Naskah Kuno Gantari adalah pengembangan website https://naskahkuno.jogjakota.go.id.

Langkah ini bertujuan untuk memanfaatkan teknologi digital sebagai sarana pelestarian dan penyebaran literasi naskah kuno, sekaligus memberikan kemudahan akses bagi para pengguna. Dengan adanya platform digital ini, masyarakat luas dapat lebih mudah mengenal, mempelajari, dan mengakses informasi terkait naskah kuno yang ada di Kota Yogyakarta, sehingga warisan budaya yang berharga ini dapat terus hidup dan relevan di era modern.


·      Ruang Gantari

Ruang Gantari dihadirkan sebagai salah satu bagian dari Pusat Unggulan Naskah Kuno Gantari, yang memiliki peran penting dalam memperkenalkan dan mempromosikan naskah kuno kepada publik. Melalui ruangan ini, masyarakat diharapkan dapat lebih memahami pentingnya naskah kuno sebagai sumber pengetahuan dan identitas budaya yang harus dilestarikan. Diresmikan pada tanggal 24 September 2024 di Perpustakaan Kota Yogyakarta, Ruang Gantari dirancang bukan sekedar untuk pelengkap secara fisik, namun merupakan wahana atau sarana interaksi masyarakat untuk melakukan kegiatan terkait naskah kuno. Disamping juga sebagai bentuk keseriusan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengembangkan dan keberlanjutan proyek perubahan ini.

Bertempat di salah satu sudut ruang yang juga merupakan akses jalan bagi pengunjung perpustakaan atau pemustaka, Ruang Gantari sangat strategis dalam hal menarik perhatian masyarakat untuk mengenal lebih dekat naskah kuno. Dikemas dengan informasi sederhana dan alat peraga yang menarik, informasi tentang naskah kuno yang disajikan pada Ruang Gantari diharapkan dapat mudah dipahami oleh masyarakat atau pemustaka. Yang pada akhirnya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang naskah kuno

 

·      Deseminasi Informasi Proyek Perubahan

Publikasi atau pengenalan Pusat Unggulan naskah Kuno Gantari”, ke khalayak tidak hanya dilakukan dengan mempublikasikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, baik melalui media sosial, surat kabar online maupun surat kabar cetak. Tetapi juga melalui deseminasi informasi atau menggunakan kanal-kanal yang langsung berinteraksi dengan stakeholders dan masyarakat luas. Hal ini dilakukan supaya mendapatkan masukan dan umpan balik secara langsung demi perbaikan untuk keberlanjutan proyek perubahan.


·      Pemberitaan Kegiatan dan Penyebaran Informasi kepada Masyarakat


Dalam era digital saat ini, pemberitaan dan penyebaran informasi memainkan peran krusial dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian naskah kuno. Naskah kuno sebagai warisan budaya dan intelektual bangsa sering kali terabaikan karena minimnya informasi yang tersampaikan kepada publik. Di sinilah peran Pusat Unggulan Naskah Kuno Gantari menjadi sangat penting, tidak hanya sebagai pusat pelestarian, tetapi juga sebagai sarana untuk menyebarluaskan informasi secara aktif dan terstruktur.

Melalui pemberitaan yang tepat di media cetak, online, hingga platform sosial media, masyarakat diajak untuk mengenal lebih dalam nilai-nilai berharga yang terkandung dalam naskah kuno. Dengan begitu, pusat unggulan Gantari berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan warisan intelektual masa lalu dengan masyarakat masa kini, sehingga upaya pelestarian dapat berjalan efektif dan partisipasi publik semakin meningkat.

 


Partisipasi Berarti: Membangun Kerjasama dan Organisasi Pembelajar

Pelestarian naskah kuno merupakan tugas penting yang memerlukan upaya kolektif berbagai pemangku kepentingan. Kerja sama dan kolaborasi merupakan elemen penting dalam memastikan konservasi jangka panjang dan aksesibilitas terhadap naskah kuno. Bertujuan untuk menjembatani keterbatasan sumber daya pemerintah dengan melibatkan berbagai sektor swasta dan perguruan tinggi dalam perencanaan, pelaksanaan, hingga distribusi hasil pelestarian, diharapkan naskah-naskah kuno tidak hanya dapat dilestarikan, tetapi juga diakses lebih luas oleh publik dan digunakan sebagai sumber pengetahuan serta identitas budaya.

Bentuk kerjasama yang dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai. Pengembangan katalog, pelestarian naskah sampai dengan pengembangan sumber daya manusia dilaksanakan untuk menjamin keberlanjutan Gantari.

 

Pengembangan katalog naskah kuno.

Kerjasama atau kolaborasi dengan institusi atau lembaga pemilik naskah kuno dilakukan dalam rangka mengembangkan katalog naskah kuno di wilayah Kota Yogyakarta. Dengan kerjasama dan kolaborasi ini, Pusat Unggulan Naskah Kuno Gantari dapat menjadi rujukan bagi pemustaka, baik dari kalangan akademis, peneliti, maupun masyarakat luas dapat memperoleh informasi terkait naskah kuno yang berada di wilayah Kota Yogyakarta secara khusus dan DIY secara umum. Katalog yang dikembangkan berupa katalog online yang dapat diakses pada website naskah kuno Gantari maupun dalam bentuk katalog secara fisik.

 

Pelestarian naskah kuno

Peran komunitas dalam pelestarian naskah kuno sangat penting karena mereka memiliki kedekatan langsung dengan warisan budaya yang terkandung dalam naskah-naskah tersebut. Komunitas sering kali menjadi sumber informasi penting tentang naskah kuno. Mereka memahami makna historis, tradisi, dan fungsi naskah dalam kehidupan sosial dan budaya mereka. Informasi ini sangat membantu dalam proses interpretasi dan pengkajian ilmiah terhadap naskah-naskah tersebut.

Hal ini yang menjadi dasar pengembangan kerjasama dengan Komunitas Jangkah Nusantara, komunitas yang menekuni naskah kuno. Bentuk Kerjasama yang dikembangkan dengan Komunitas Jangkah Nusantara, meliputi proses alih media atau digitalisasi dan alih aksara.


Pengembangan Organisasi Pembelajar

Konsep organisasi pembelajar merujuk pada institusi yang terus beradaptasi, belajar, dan berkembang dengan berbasis pada pengetahuan serta pengalaman yang diperoleh. Dalam konteks pengarusutamaan naskah kuno, pusat unggulan yang bersifat dinamis dan terbuka terhadap pembaruan sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam melestarikan warisan budaya yang tak ternilai ini. Pengembangan sumber daya manusia, sebagai aktor utama dalam keberlanjutan Gantari dirancang dan diupayakan, baik untuk tujuan jangka pendek maupun panjang.

Salah satu upaya peningkatan kapasitas karyawan khususnya pustakawan adalah menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi, yaitu Fakultas Ilmu Budaya – Universitas Gadjah Mada, Fakultas Bahasa, Seni dan Budaya – Universitas Negeri Yogyakarta dan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya – Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Melalui kegiatan workshop atau bimbingan teknis, diskusi dan penyertaan kuliah, berbagai materi terkait naskah kuno dan filologi dapat disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan karyawan dan pustakawan di Dinas perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta.

Kerjasama pengembangan sumber daya manusia juga dilaksanakan dengan Komunitas Jangkah Nusantara, dalam bentuk magang, dimana beberapa pustakawan mengikuti kegiatan alih media atau digitalisasi naskah kuno yang dilaksanakan oleh komunitas tersebut. Sehingga kedepan, proses alih media atau digitalisasi dapat dilaksanakan secara mandiri oleh pustakawan.


Harapan Lestarinya Gantari

Gantari adalah nama yang disematkan pada Pusat Unggulan Naskah Kuno dibawah naungan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta. Mengandung makna menyinari, Gantari diharapkan dapat menjadi rujukan bagi semua kalangan masyarakat untuk mendapatkan informasi, gambaran dan referensi naskah kuno yang pada gilirannya dapat ikut melestarikan dan mendayagunakan naskah kuno.

Gantari juga merupakan ruang interaksi dan wadah bagi pengembangan pengetahuan dan keterampilan pelestarian naskah kuno. Sebagai pusat unggulan, selayaknya Gantari menerapkan prinsip organisasi pembelajar, di mana setiap elemen dalam layanan ini terus beradaptasi dan berinovasi. Dengan demikian, pusat ini tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga menciptakan lingkungan pembelajaran berkelanjutan yang mendukung perbaikan terus-menerus dalam pengelolaan dan pendayagunaan naskah kuno.

Keberlanjutan Pusat Unggulan Naskah Kuno juga tidak terlepas dukungan sumber daya pengelolanya. Dalam hal ini sudah dibentuk tim pengelola Pusat Unggulan Naskah Kuno yang secara simultan dibekali kompetensi yang dibutuhkan (fie')


Jumat, 23 Februari 2024

Ini Tentang Pak Anwas #5: Tanggalan Ramadhan



Pun ketika 33 tahun berlalu, sedih itu tetap tinggal.

Rasa kehilangan yang amat sangat.

Tatkala rindu akan nasihat masih tersisa.

Dan tak mau pergi.






Tiga minggu menjelang Ramadhan 1411 H pada suatu sore, mas mas takmir masjid dari selatan Kota Tegal mampir ke rumah, niat mau bertemu bapak. Saya yang pada saat itu sedang masak Indomie rasa ayam di ruangan sisi barat warung menjawab salam mas mas takmir dengan suara nyaring, kuatir tidak terdengar, karena sudah salam sampai dua kali. Setelah menyerahkan surat untuk bapak, karena bapak belum pulang dari sekolah, mas mas takmir pun pamit dengan pesan berupa harapan bapak dapat memenuhi undangan sebagai imam sekaligus ceramah atau kultum tarawih saat Ramadhan nanti.

Seperti tahun tahun sebelumnya, satu dua bulan menjelang Ramadhan, sudah banyak surat undangan berdatangan untuk mengisi kultum atau ceramah tarawih maupun subuh juga pengajian menjelang berbuka. Takut tidak dapat jadwal kayanya, sehingga jauh sebelum Ramadhan sudah dilayangkan surat, kalau agak terlambat surat datang, jadwal bapak sudah penuh, bingung pulak nanti untuk mencari pengganti. 

Dan yang masih bisa dijadwalkan, akan ditulis dan dibuat jadwal di kertas yang kemudian akan ditempel di dinding dekat meja kerja bapak. Karena bapak orangnya tertib dan rapi, tak cukup hanya dengan dengan melingkari angka-angka di “tanggalan” atau kalender sebagai pengingat, walau ada permintaan untuk mengisi tiap minggunya, kan lebih praktis kalau ditulis di tanggalan. Kasian kalau terlewat, ucap bapak ketika pernah meminta saya menuliskan jadwal tersebut dan untuk mengingat sementara, tanggalan di ruang makan tak lingkari. “Dicatet neng kertas sik ditempel neng dhuwur mejo nok…”. Tapi, “ah dasar aku”, sedikit ngeyel, “ditulis disini dulu Pak, ntar dipindah” “Weh ojo ditulis neng tanggalan… ndak lali, mesakke”.

Penuh satu bulan, jadwal bapak keliling dari satu surau ke surau lain, satu masjid ke masjid lain untuk memberikan ceramah, kalau lokasinya dekat, bapak akan berangkat sendiri, naik becak, tapi kalau agak jauh, akan dijemput dari takmir masjidnya, maklum, bapak tidak “berani” naik motor sendiri setelah pernah terjatuh pas di depan rumah ketika mengendarai motor. 

Namun pada Ramadhan 1411 H, Bapak tidak bisa memenuhi harapan mas mas takmir masjid dari selatan Kota Tegal, bukan karena jadwal bapak yang sudah penuh karena mas mas takmir masjid tidak bertemu langsung dengan bapak mengutarakan harapannya, bukan juga karena mas mas takmir masjid selatan Kota Tegal itu terlambat melayangkan surat. Begitu juga dengan permintaan pengajian dan undangan pengajian lainnya, walau permintaannya sudah tertulis rapi di kertas jadwal yang tertempel di dekat meja kerja bapak, Bapak tak mungkin akan datang naik becak atau dijemput motor takmir. Mungkin karena menurut Allah, tugas bapak untuk menyampaikan secuil dari ilmu-NYA sudah purna. (fie’)


Selasa, 30 Januari 2024

RABB, aku…


 

Aku bersandar pada Mu ya RABB

Aku bersandar padaMu ya RABB

 

Saat tak ada tempat bagi batin yang menyimpan sesak nafas

Saat tak ada tempat lagi bagi raga yang menimbun lelah

Saat tak ada tempat lagi bagi pundak yang mengangkat beban

Saat tak ada tempat lagi bagi yang menahan tangis

 

Mengharap kekuatanMu

Mengharap tuntunanMu

Mengharap ibaMu

 

Kantor, 6 Maret 2013



#dibuangsayang

Tak sengaja nemu puisi yang ditulis hampir 11 tahun lalu, 

tak ingat juga, dalam keadaan apa puisi ini tercipta,

namun memang demikianlah kita... 

menggantungkan diri hanya pada Rabb Tuhan Semesta Alam...

disetiap detik, disetiap langkah...


Pembuka tulisan diawal tahun 2024.



Kamis, 26 Oktober 2023

Optimalisasi Peran & Fungsi Dinas Perpustakaan & Kearsipan dalam Meningkatkan Daya Saing Kota Yogyakarta



Pengantar

Tulisan berikut adalah ide tulisan ketika mengikuti Seleksi JPT untuk jabatan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta pada bulan Juni 2023 yang lalu. Dalam seleksi JPT salah satu tahapan adalah menuliskan makalah dengan tema yang telah ditentukan dalam waktu 3 jam, yang kemudian akan "dikulik" pada tahapan wawancara sehari setelahnya. Tema yang disodorkan terkit Daya saing & Kolaborasi. Dua kata yang jamak dikenal berpasangan dalam upaya meningkatkan kinerja sebuah pemerintahan dalam rangka meningkatkan layanan pada masyarakat. 

Semoga bermanfaat & selamat membaca!


A. Latar Belakang


Kota Yogyakarta adalah kota dengan banyak predikat, disamping sebagai Kota Pendidikan, Kota Budaya dan Kota Pariwisata. Dikenal sebagai Kota Pendidikan, karena Yogyakarta sebagai dipandang sebagai barometer pendidikan di Indonesia, banyak sekolah-sekolah dan perguruan tinggi ternama berada di Yogyakarta, sebagai Kota Budaya, mengingat adat istiadat dan budaya Jawa yang masih kental dan lestari. Dikenal sebagai Kota Pariwisata karena dalam tiap tahunnya banyak wisatawan baik mancanega maupun nusantara yang berkunjung ke Kota Yogyakarta untuk menikmati keelokan kota yang dikenal ramah dan  ngangeni”, sehingga tidak berlebihan apabila banyak bermunculan ungkapan ungkapan atau quote yang menggambarkan pengalaman, rasa dan karsa ketika berkunjung ke Yogyakarta. “Jogja terbuat dari rindu, pulang dan angkringan”, “setiap sudut Kota Jogja itu romantis” dan masih banyak lagi. Bahkan Sujiwo Tedjo, mengatakan “Pergi ke Jogja adalah cara menertawakan kesibukan orang Jakarta.” Hal tersebut menunjukkan bahwa secara alami Kota Yogyakarta adalah kota yang nyaman untuk dikunjungi, tak heran, predikat Kota Pariwisata melekat dalam dan mengakar, tinggal bagaimana menjaga hal tersebut.

Dalam Rencana Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta tahun 2023 – 2026, menyebutkan bahwa visi Kota Yogyakarta adalah mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan yang Berkualitas, Pariwisata Berbasis Budaya dan Pelayanan Jasa yang Berwawasan Lingkungan. Dan diturunkan dalam misi pembangunan untuk mewujudkannya. Dimana pariwisata sebagai lokomotif yang menarik gerbong kereta pembangunan Yogyakarta, peran serta seluruh perangkat daerah dan stakeholder diperlukan untuk meningkatkan daya saing kota Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata, agar sector ini tidak tergilas dengan maraknya kota kota yang berlomba lomba memperoleh predikat sebagai Kota Pariwisata.

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta sebagai perangkat daerah yang walaupun membawahi urusan perpustakaan dan kearsipan, tentunya tidak terlepas dari tanggung jawab tersebut, Perpustakaan Daerah, yang menempati lokasi di kawasan strategis premium dalam pengembangan Wisata Kotabaru Herritage. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk turut serta ikut andil dalam meningkatkan daya saing Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata, tanpa meninggalkan tugas pokok dalam pengembangan budaya literasi warga masyarakat Kota Yogyakarta. Demikian juga di bidang kearsipan, penelurusan arsip akan sejarah perkembangan Kotabaru sangat penting bagi narasi rencana pengembangan kota secara umum. 


B.     Rumusan Masalah

Bagaimana mengoptimalkan peran dan fungsi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta untuk meningkatkan daya saing Kota Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata?

 

C.    Analisa

1.      Kondisi saat ini

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta adalah perangkat daerah yang membawahi urusan perpustakaan dan kearsipan. Apabila dilihat dari Rencana Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta tahun 2023- 2026, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah mempunyai sasaran meningkatkan kualitas pendidikan dan kapasitas tata kelola pemerintahan. Adapun strategi untuk pencapaian sasaran tersebut, dibedakan menjadi 2, yaitu strategi bagi urusan perpustakaan dan strategi bagi urusan kearsipan. Strategi bagi peningkatan kualitas Pendidikan, yaitu: 1) meningkatkan kepuasan layanan perpustakaan; 2) meningkatkan standar perpustakaan sesuai Standar Nasional Perpustakaan; 3) meningkatkan kualitas bahan pustaka; dan 4) meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyimpanan, perawatan, pelestarian dan pendaftaran naskah kuno.

Sedang dalam sasaran meningkatkan kapasitas tata kelola pemerintahan, terdapat 3 strategi, 1) meningkatkan kualitas pengelolaan arsip; 2) meningkatkan kualitas perlindungan dan pengamanan arsip; 3) meningkatkan kualitas informasi dan akses layanan kearsipan.

Adapun indikator kinerja pada bidang perpustakaan, yaitu 1) Rasio jumlah perpustakaan 2) Rasio jumlah perpustakaan per 10.000 penduduk; 3) Jumlah pengunjung perpustakaan dan 4) Jumlah koleksi buku yang tersedia. Sedang dalam bidang kearsipan, indikator kinerja adalah banyaknya jumlah OPD yang melaksanakan kearsipan secara baku dan peningkatan SDM kearsipan di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Dari indikator kinerja tersebut, dapat disimpulkan bahwa layanan pada Dinas Perpustakaan dan Kerasipan Kota Yogyakarta memiliki 2 sasaran yang berbeda. Pada bidang perpustakaan, sasaran layanan adalah masyarakat secara umum atau layanan publik, sedangkan dalam bidang kearsipan, sasaran layanan lebih pada pembinaan dan peningkatan kualitas pengelolaan arsip di lingkungan pemerintahan.

2.      Kondisi yang Diinginkan

Sebagaimana dijelaskan pada latar belakang, bahwa untuk mewujudkan visi Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan yang Berkualitas, Pariwisata Berbasis Berbudaya dan Pelayanan Publik yang Berwawasan Lingkungan. Seluruh stakeholder yang menjalankan pemerintahan serta swasta maupun warga masyarakat tentunya harus mengambil peran dalam pencapaian visi tersebut. Sebagai kota tujuan wisata dengan bidang pariwisata sebagai lokomotif pembangunan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan perlu mengambil peran yang proporsional dan strategis tanpa meninggalkan tugas pokok dan fungsinya dalam ikut meningkatkan daya saing kota Yogyakarta di bidang pariwisata.

Salah satu Kawasan wisata yang sedang dikembangkan di Kota Yogyakarta adalah Kawasan Kotabaru. Kawasan yang bertujuan untuk mengangkat cagar budaya Kotabaru, dengan 4 pilar, yaitu heritage, garden city, premium dan malam hari. Dengan brand Kotabaru Herritage, Kawasan ini diharapkan dapat menjadi magnet wisata malam hari selain Malioboro.

Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta, yang berada dalam wewenang dan tanggungjawab Dinas Perpustakaan dan Kearsipan menempati lokasi pada Kawasan premium tersebut, sebagai perangkat daerah yang bertujuan untuk mengembangkan budaya literasi masyarakat, bukan berarti “tutup mata” dengan pengembangan Kawasan yang ada di sekitarnya. Banyak program dan aktivitas yang dapat dilakukan untuk ikut mendukung pengembangan program tersebut. Dengan aktivitas yang menarik, pembenahan fisik dan sarana prasarana perpustakaan serta pengelolaan perpustakaan yang handal, pastinya akan meningkatkan peran bagi Dinas Perpustakaan dan Kerasipan untuk mensukseskan program pengembangan tersebut yang pada akhirnya sedikit memberi peran bagi peningkatan daya saing Kota Yogyakarta pada bidang pariwisata.

Dalam bidang kearsipan, sudah saatnya, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan menjadi center of excellence atau pusat rujukan segala informasi terkait Kota Yogyakarta dan Pemerintah Kota Yogyakarta. Yang akhirnya dapat meningkatkan daya saing Kota Yogyakarta.

 

3.      Inovasi

a. Kolaborasi sebagai strategi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan dalam rangka peningkatan daya saing kota Yogyakarta sebagai pariwisata

Tidak mudah memang untuk mewujudkan suatu program di luar kegiatan regular yang selama ini dijalankan, diperlukan konsep yang matang, pengelolaan sumberdaya yang efektif dan efisien serta keberanian untuk mencoba hal baru dan merubah kebiasaan. 

Program peningkatan peran Dinas Perpustakaan dan Kearsipan yang bertujuan untuk ikut andil dalam meningkatkan daya saing Kota Yogyakarta di bidang pariwisata tentunya tidak dapat berjalan sendiri, mengingat membutuhkan sumber daya yang tidak semuanya dimiliki oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta. Sehingga diperlukan kolaborasi dengan pihak lain.

Kolaborasi secara umum sering diartikan sebagai suatu pola dan bentuk hubungan yang dilakukan antar individu atau kelompok/organisasi untuk saling berbagi saling berpartisipasi dan saling bersepakat untuk melakukan tindakan bersama dengan cara berbagi sumber daya, berbagi informasi, berbagi manfaat dan berbagi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan bersama untuk menggapai tujuan. Dalam kolaborasi dibutuhkan komitmen yang kuat dan kesepahaman.

Sedangkan daya saing adalah kemampuan atau keunggulan yang digunakan untuk bersaing pada pasar tertentu. Adapun indikator daya saing, diantaranya adalah  kualitas layanan, kualitas produk, pertumbuhan dan produktivitas tenaga kerja, frekuensi peluncuran produk baru (inovasi), pertumbuhan nilai tambah,

 

b.      Pengembangan Perpustakaan sebagai Co-Working Space

Dengan diluncurkannya Wisata Kotabaru Herritage dengan “malam hari” sebagai pilarnya, Perpustakaan Kota Yogyakarta dapat dikembangkan sebagai tempat kreatif untuk “kerja dan diskusi bareng” atau co-working space, tempat diskusi dan belajar bagi mahasiswa dan pelajar serta warga masyarakat yang beroperasi sampai malam hari.

Revitalisasi atau penataan landscape perlu dilakukan untuk mendukung hal tersebut, sehingga ambience yang tercipta sejalan dengan situasi kawasan Kotabaru yang bernuansa indische. Dimana fungsi perpustakaan tidak hanya sebagai wahana pengembangan literasi tetapi juga menguatkan ikon Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan, wisata dan budaya sekaligus.

Tidak hanya itu, kolaborasi dengan dunia usaha yang berada disekitarnya juga perlu dilakukan. Kolaborasi dapat dilakukan dengan café di dekat perpustakaan, misalnya dengan Silol Café and Eatery). Adapun bentuk kolaborasi dapat berupa:

1)   Pengunjung perpustakaan dapat memesan makan dan minum yang disajikan di café dari perpustakaan, sebaliknya apabila area perpustakaan penuh, pengunjung perpustakaan dapat membaca di café tersebut.

2) Akses layanan perpustakaan yang bersifat online (misalnya e-book) dapat diakses langsung dari pengunjung café.

3)     Pengembalian buku/bahan Pustaka dapat dilakukan di café

4)     Penempatan buku/bahan Pustaka di salah satu sudut di café tersebut.

5)    Penyelenggaraan event literasi bersama di cafe (misalnya: bedah buku, diskusi dan lain sebagainya)

Kolaborasi juga dapat dilakukan dengan Dinas Pariwisata yang berlokasi tepat disamping perpustakaan, misalnya, pemanfaatan lahan parker untuk pengunjung perpustakaan diluar jam kantor (malam hari dan hari libur).

 

c.       Pengembangan Layanan Arsip sebagai Center of Excellence

Menurut Liang Gie, ada perbedaan pengertian antara arsip dan kearsipan. Arsip adalah sekumpulan warkat atau dokumen yang disimpan secara sistematis karena memiliki suatu kegunaan dan apabila diperlukan, dapat dengan mudah ditemukan kembali. Adapun kearsipan adalah ilmu dan cara mengelola arsip menurut yang dijelaskan olehnya. Dalam pengertian kearsipan, termasuk di dalamnya mulai dari penciptaan arsip, penyimpanan arsip, penggunaan arsip, penyelamatan dan pemeliharaan arsip sampai pada penyusutan dan pemusnahannya. Dilihat dari makna, kearsipan tidak hanya mengelola dokumen atau benda mati, namun menunjukkan adanya keilmuan dan aktifitas yang dinamis.

Berdasarkan siklus hidup arsip yang telah disebutkan, untuk menuju center of excellence Kota Yogyakarta dan Pemerintah Kota Yogyakarta, perlu adanya penguatan dari pengumpulan dan pemanfaatan arsip. Dari arsip yang sudah terkumpul maupn dari hasil pengumpulan perlu dilakukan kajian atau riset untuk kemudian menciptakan suatu naskah atau buku yang merupakan wajah dan jatidiri Kota Yogyakarta.

Adapun untuk mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan kolaborasi dengan:

1)    Perangkat daerah dengan memberikan hak akses atau dokumen arsip yang terkait dengan Kota Yogyakarta dan Pemerintah Kota Yogyakarta

2)    Perguruan Tinggi dalam hal penguatan pengkajian arsip

3)    Pihak eksternal lainnya, dalam hal tertentu untuk penelusuran arsip

Dengan adanya center of excellent, akan mempermudah akses informasi tentang Kota Yogyakarta dan Pemerintah Kota Yogyakarta serta memperkokoh eksistensi Kota Yogyakarta yang pada akhirnya meningkatkan daya saing.

 

D.    Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta hendaknya berperan aktif dalam meningkatkan daya saing Kota Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata tanpa meninggalkan peran dan fungsi utamanya

2.   Untuk mengoptimalkan peran dan fungsi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta untuk meningkatkan daya saing Kota Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata adalah dengan berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam hal pengembangan layanan.

 

E.     Rekomendasi

Untuk mengoptimalkan peran dan fungsi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta dalam hal meningkatkan daya saing Kota Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata, perlu dilakukan adalah: 1)  Pengembangan Co Working Space Perpustakaan Kota Yogyakarta dan 2) Pengembangan center of excellence Kota Yogyakarta dan Pemerintah Kota Yogyakarta.

Gantari: Pusat Unggulan Naskah Kuno di Perpustakaan Kota Yogyakarta

Selayang Pandang Pusat Unggulan Naskah Kuno Gantari , yang bernaung di bawah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta, merupakan ini...